Assalamu’alaikum Ayah Bunda, Pernah merasa cemas karena anak kita tidak “secerdas” anak lain? Atau merasa bingung karena anak lebih suka menggambar daripada membaca? Atau malah terlalu aktif dan susah duduk diam? Yuk, tarik napas sejenak. Karena di blog seri ke-6 ini, kita akan ngobrol tentang fitrah individualitas dan bakat anak — yang justru merupakan anugerah besar dari Allah. Dan bagaimana pendekatan Montessori membantu kita memahami bahwa setiap anak memang diciptakan unik dan tidak perlu diseragamkan. Setiap Anak Unik, Bukan Duplikat Dalam Islam, kita mengenal bahwa setiap manusia diciptakan dengan keistimewaan yang khas. “Tiap-tiap manusia Kami beri kelebihan di atas yang lain.” (QS. Al-Isra: 21) Allah menciptakan manusia dengan karakter, kekuatan, minat, dan keahlian yang berbeda. Maka tak perlu heran jika ada anak yang pendiam, ada yang cerewet. Ada yang suka angka, ada yang senang warna. Ada yang cepat membaca, ada yang butuh proses lebih panjang. Semua fitrah itu sah, dan semuanya berharga. Montessori dan Penghargaan atas Individualitas Montessori punya prinsip penting: “Follow the child.” Bukan artinya kita membiarkan anak bebas tanpa arah, tapi kita sebagai orang tua dan pendidik menyediakan lingkungan yang mendukung kecenderungan alami anak. Dalam kelas Montessori: Tidak ada kompetisi nilai, Tidak ada “anak paling pintar”, Tidak ada keharusan semua anak belajar hal yang sama pada waktu yang sama. Yang ada adalah: Ruang untuk eksplorasi, Bimbingan personal, Dan penghargaan terhadap minat serta gaya belajar anak. Contoh Sederhana di Rumah Observasi, Jangan BandingkanMisalnya: Anak suka bongkar pasang: mungkin bakat mekanik atau visual spasial. Anak suka bercerita: mungkin calon penulis atau orator hebat. Anak suka berlari dan memanjat: potensi motorik yang kuat, calon atlet atau petualang. Siapkan Aktivitas Sesuai MinatnyaAnak yang suka menggambar bisa disediakan kertas dan pensil warna yang berkualitas.Anak yang suka memasak bisa ikut bantu di dapur.Anak yang suka bergerak bisa diajak senam, naik sepeda, atau panjat pohon (yang aman ya, tentu saja ). Beri Apresiasi pada Proses, Bukan HasilKatakan: “Ibu suka caramu menyusun balok itu dengan teliti.” “Ayah senang kamu mencoba ide baru, meskipun belum berhasil.” Bukan hanya “Kamu pintar!” atau “Kamu hebat!” — tapi apresiasi yang spesifik dan membangun. Islam Menuntun, Montessori Menyediakan Jalan Fitrah bakat adalah bagian dari amanah Allah. Tugas kita sebagai orang tua: Mengenali potensi anak, Menumbuhkan secara bertahap, Bukan menuntut semua anak menjadi juara kelas, tapi menjadi juara di jalan hidupnya masing-masing. Penutup: Hormati Perbedaan, Peluk Keunikan Ayah Bunda, mari kita bantu anak-anak kita mengenal dirinya lebih awal.Jangan buru-buru mengarahkan mereka menjadi “versi ideal” menurut orang dewasa. Bantu mereka menjadi diri mereka sendiri yang utuh, sehat, dan bahagia — dalam cahaya Islam dan cinta kita. Nantikan Blog Seri 7:“Fitrah Estetika dan Imajinasi — Anak Butuh Keindahan untuk Bertumbuh” Sampai jumpa di seri selanjutnya ya, Ayah Bunda! Salam hangat,Tim Al-Fath MontessoriBanjar, Jawa Barat