Assalamu’alaikum Ayah Bunda, Kita sudah membahas satu per satu delapan fitrah utama yang Allah titipkan kepada setiap anak. Mulai dari fitrah keimanan, belajar, bakat, jasmani, seksualitas, sosial, estetika, hingga imajinasi. Dan kini… kita sampai di ujung perjalanan blog seri ini. Tapi sesungguhnya, ini adalah awal dari perjalanan sesungguhnya: mendampingi tumbuhnya fitrah anak secara seimbang, menyeluruh, dan membahagiakan. Fitrah yang Saling Terhubung Delapan fitrah itu bukan potongan-potongan terpisah. Mereka saling menguatkan dan menyatu dalam jiwa seorang anak.Seorang anak yang tumbuh dengan keimanan kuat, akan semangat belajar.Anak yang terasah imajinasinya, akan lebih mudah mengeksplorasi bakatnya.Anak yang memahami tubuhnya dan seksualitasnya dengan tepat, akan lebih percaya diri dalam bersosialisasi.Anak yang hidup dalam keindahan dan kedekatan dengan alam, akan lebih halus rasa dan pikirannya. Tugas kita adalah menyediakan lingkungan yang menumbuhkan semua fitrah itu secara alami dan harmonis. Di Rumah, Dimulai dari Hal Sederhana Menyelaraskan fitrah bukan tentang membuat anak “sempurna” atau serba bisa. Tapi tentang menghadirkan: Lingkungan yang aman dan penuh cinta, Rutinitas harian yang bermakna, Nilai-nilai Islam yang hidup dalam keseharian, Orang tua yang belajar bersama anak, bukan merasa paling tahu. Montessori dan Fitrah: Sejalan Menuju Tujuan Mulia Montessori bukan sekadar metode mengajar. Ia adalah cara pandang: bahwa anak adalah ciptaan Allah yang mulia dan unik, dan kita hanya fasilitator yang menemani mereka menapaki fitrah hidupnya. Di Sekolah Fitrah Montessori Al-Fath, kami menyebut ini sebagai pendidikan yang: Berbasis tauhid, Bertumpu pada penghormatan terhadap perkembangan alami anak, Berlandaskan pada ilmu dan hikmah, Dan mengarah pada keseimbangan seluruh potensi anak. Yuk, Kenali Lebih Dekat Al-Fath Montessori! Ayah Bunda, jika tulisan-tulisan kami selama ini menggugah hati Ayah Bunda…Jika Ayah Bunda mencari sekolah yang tidak hanya mengajarkan akademik, tapi juga menumbuhkan jiwa dan karakter anak berdasarkan fitrah dan nilai-nilai Islam… Kami mengundang Ayah Bunda untuk mengenal Al-Fath Montessori based Fitrah lebih dalam. Lokasi:Jl. Muhammad Hamim No. 56Kota Banjar, Jawa Barat Program yang dibuka:TK A dan TK B (Usia 4–6 tahun)Dengan rasio eksklusif 5 siswa : 1 guruMengutamakan pendekatan personal, lembut, dan berkualitas tinggi. Fokus utama: Menumbuhkan fitrah anak secara seimbang, Menggunakan pendekatan Montessori autentik, Dalam balutan nilai-nilai syariat Islam yang hidup, Untuk membentuk anak yang bahagia, percaya diri, dan mengenal Rabb-nya. Ingin Bertanya atau Berkunjung? Silakan hubungi kami untuk informasi lebih lanjut. 💌 Info lebih lanjut akan kami bagikan melalui media sosial dan laman resmi kami.Pastikan Ayah Bunda mengikuti akun kami dan menjadi bagian dari keluarga Al-Fath Montessori. Terima kasih telah mengikuti Seri Blog Pendidikan Berbasis Fitrah ini hingga akhir.Semoga setiap tulisan menjadi inspirasi dalam membersamai anak-anak kita bertumbuh sesuai fitrahnya.Karena mereka bukan hanya masa depan, tapi juga amanah terindah yang Allah titipkan. Sampai jumpa di tulisan berikutnya!Semoga Allah mudahkan langkah kita dalam mendidik dengan cinta, ilmu, dan hikmah. Salam hangat,Tim Al-Fath MontessoriKota Banjar, Jawa Barat
Blog Seri 7: Fitrah Estetika dan Imajinasi — Anak Butuh Keindahan untuk Bertumbuh
Assalamu’alaikum Ayah Bunda, Pernah memperhatikan bagaimana anak-anak begitu antusias saat melihat pelangi? Atau saat mereka bermain peran jadi dokter, penjual es krim, atau superhero?Atau saat mereka tertarik menata bunga, mencoret di tembok, atau menyusun balok jadi istana? Semua itu adalah cermin dari fitrah estetika dan imajinasi yang hidup dalam diri anak-anak. Dan, menariknya, fitrah ini bukan hanya hiburan semata. Tapi bagian penting dari proses tumbuh kembang mereka—yang perlu kita jaga dan rawat. Apa Itu Fitrah Estetika dan Imajinasi? Dalam Islam, Allah menciptakan manusia dengan kecintaan terhadap keindahan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.” (HR. Muslim) Anak pun demikian. Mereka menyukai: Warna-warna cerah, Bunyi-bunyian yang harmonis, Gerakan yang anggun, Cerita dan dongeng yang menghidupkan. Imajinasi membuat anak mampu membangun dunia dalam pikirannya, bereksperimen dengan ide, dan melatih kemampuan berpikir simbolik serta kreatif. Bagaimana Montessori Merespons? Montessori sangat menghargai sisi estetika dan imajinatif anak.Lingkungan Montessori didesain agar: Teratur dan indah, Alat-alat edukasi tertata rapi dan menarik secara visual, Material dibuat dari bahan alami: kayu, logam, kaca—bukan plastik mencolok. Anak diajak menghargai detail kecil seperti: Cara menggulung matras, Menyusun bunga di vas, Melukis dan membuat pola dari benda alam. Estetika bukan hiasan, tapi bagian dari kehidupan harian yang penuh kesadaran. Montessori juga memberi ruang untuk: Berkisah (storytelling), Bermain peran (role play), Menjelajah alam imajinasi anak tanpa mematikan logika. Apa yang Bisa Kita Lakukan di Rumah? Ciptakan Lingkungan yang Rapi dan IndahTak harus mewah. Cukup bersih, tertata, dan penuh perhatian. Misalnya: Sudut baca dengan lampu hangat dan bantal nyaman, Meja kerja anak yang rapi dan estetik, Vas bunga kecil di meja makan. Berikan Ruang ImajinasiAjak anak bermain peran atau menceritakan ulang kisah dengan versi mereka sendiri.Izinkan mereka membuat “karya seni” bebas, sekalipun hanya dari kardus dan stik es krim. Kenalkan Anak pada Alam dan Keindahan Ciptaan Allah Lihat bentuk awan sambil bercerita, Kumpulkan daun aneka warna, Dengarkan suara hujan bersama sambil berdzikir. Pilih Mainan dan Buku BerkualitasPilih yang mendukung imajinasi, bukan sekadar “menghibur”.Buku dengan ilustrasi yang hangat, kisah bernilai, dan tokoh yang menginspirasi. Estetika dan Iman: Kecantikan yang Membimbing Fitrah estetika jika diarahkan, bisa menumbuhkan: Cinta terhadap kerapihan dan kesederhanaan, Rasa syukur atas ciptaan Allah, Kreativitas yang solutif, bukan destruktif. Anak yang tumbuh dalam suasana indah dan imajinatif, akan lebih peka, halus rasa, dan lebih mudah merasakan kehadiran Allah dalam hidupnya. Penutup: Ajak Anak Melihat Dunia dengan Mata Cinta Ayah Bunda, yuk kita hadirkan lebih banyak keindahan dalam kehidupan anak-anak.Tak harus dengan barang mahal—cukup dengan hati yang tulus, sentuhan cinta, dan ruang untuk mereka berekspresi. Jangan matikan imajinasi dengan berkata “Itu tidak nyata.”Justru, dengarkan, masuk ke dunianya sebentar, dan bimbing ia kembali ke dunia nyata dengan lembut. Karena estetika dan imajinasi adalah pintu menuju empati, kreativitas, dan kedalaman iman. Nantikan Blog Seri 8 (Terakhir) Minggu Depan:“Menyelaraskan Semua Fitrah: Keseimbangan yang Membahagiakan” Sampai jumpa di akhir seri nanti, Ayah Bunda!Terima kasih telah membersamai kami dalam perjalanan mengenali dan menumbuhkan fitrah anak. Salam hangat,Tim Al-Fath MontessoriKota Banjar, Jawa Barat
Blog Seri 6: Fitrah Individualitas dan Bakat — Beda Itu Bukan Salah, Tapi Kekuatan!
Assalamu’alaikum Ayah Bunda, Pernah merasa cemas karena anak kita tidak “secerdas” anak lain? Atau merasa bingung karena anak lebih suka menggambar daripada membaca? Atau malah terlalu aktif dan susah duduk diam? Yuk, tarik napas sejenak. Karena di blog seri ke-6 ini, kita akan ngobrol tentang fitrah individualitas dan bakat anak — yang justru merupakan anugerah besar dari Allah. Dan bagaimana pendekatan Montessori membantu kita memahami bahwa setiap anak memang diciptakan unik dan tidak perlu diseragamkan. Setiap Anak Unik, Bukan Duplikat Dalam Islam, kita mengenal bahwa setiap manusia diciptakan dengan keistimewaan yang khas. “Tiap-tiap manusia Kami beri kelebihan di atas yang lain.” (QS. Al-Isra: 21) Allah menciptakan manusia dengan karakter, kekuatan, minat, dan keahlian yang berbeda. Maka tak perlu heran jika ada anak yang pendiam, ada yang cerewet. Ada yang suka angka, ada yang senang warna. Ada yang cepat membaca, ada yang butuh proses lebih panjang. Semua fitrah itu sah, dan semuanya berharga. Montessori dan Penghargaan atas Individualitas Montessori punya prinsip penting: “Follow the child.” Bukan artinya kita membiarkan anak bebas tanpa arah, tapi kita sebagai orang tua dan pendidik menyediakan lingkungan yang mendukung kecenderungan alami anak. Dalam kelas Montessori: Tidak ada kompetisi nilai, Tidak ada “anak paling pintar”, Tidak ada keharusan semua anak belajar hal yang sama pada waktu yang sama. Yang ada adalah: Ruang untuk eksplorasi, Bimbingan personal, Dan penghargaan terhadap minat serta gaya belajar anak. Contoh Sederhana di Rumah Observasi, Jangan BandingkanMisalnya: Anak suka bongkar pasang: mungkin bakat mekanik atau visual spasial. Anak suka bercerita: mungkin calon penulis atau orator hebat. Anak suka berlari dan memanjat: potensi motorik yang kuat, calon atlet atau petualang. Siapkan Aktivitas Sesuai MinatnyaAnak yang suka menggambar bisa disediakan kertas dan pensil warna yang berkualitas.Anak yang suka memasak bisa ikut bantu di dapur.Anak yang suka bergerak bisa diajak senam, naik sepeda, atau panjat pohon (yang aman ya, tentu saja ). Beri Apresiasi pada Proses, Bukan HasilKatakan: “Ibu suka caramu menyusun balok itu dengan teliti.” “Ayah senang kamu mencoba ide baru, meskipun belum berhasil.” Bukan hanya “Kamu pintar!” atau “Kamu hebat!” — tapi apresiasi yang spesifik dan membangun. Islam Menuntun, Montessori Menyediakan Jalan Fitrah bakat adalah bagian dari amanah Allah. Tugas kita sebagai orang tua: Mengenali potensi anak, Menumbuhkan secara bertahap, Bukan menuntut semua anak menjadi juara kelas, tapi menjadi juara di jalan hidupnya masing-masing. Penutup: Hormati Perbedaan, Peluk Keunikan Ayah Bunda, mari kita bantu anak-anak kita mengenal dirinya lebih awal.Jangan buru-buru mengarahkan mereka menjadi “versi ideal” menurut orang dewasa. Bantu mereka menjadi diri mereka sendiri yang utuh, sehat, dan bahagia — dalam cahaya Islam dan cinta kita. Nantikan Blog Seri 7:“Fitrah Estetika dan Imajinasi — Anak Butuh Keindahan untuk Bertumbuh” Sampai jumpa di seri selanjutnya ya, Ayah Bunda! Salam hangat,Tim Al-Fath MontessoriBanjar, Jawa Barat
Blog Seri 5: Fitrah Seksualitas — Memupuk Identitas Sejak Dini
Assalamu’alaikum Ayah Bunda! Sering kali, topik seksualitas terasa tabu dibicarakan, apalagi kalau menyangkut anak usia dini. Tapi tahukah Ayah Bunda, bahwa fitrah seksualitas adalah salah satu potensi dasar yang justru wajib ditumbuhkan dan diarahkan sejak dini? Yuk, kita bahas sama-sama dalam seri kelima ini: tentang bagaimana Islam dan Montessori sejalan dalam mendampingi tumbuhnya identitas anak sebagai laki-laki atau perempuan — dengan tenang, ilmiah, dan penuh kasih. Seksualitas? Sejak Kapan? Banyak orang berpikir bahwa seksualitas baru muncul di usia remaja. Padahal, Islam dan sains perkembangan anak justru menunjukkan bahwa fitrah seksualitas mulai tumbuh sejak anak lahir. Bukan dalam arti yang vulgar atau berkonotasi negatif. Tapi dalam arti: Anak mulai menyadari jenis kelaminnya, Meniru peran ayah atau ibu, Merasa bangga sebagai laki-laki atau perempuan. Ini semua adalah proses alamiah yang perlu dikenalkan, diteguhkan, dan diarahkan dengan lembut. Montessori Mendukung Penuh Montessori mengajarkan bahwa: Anak memiliki sense of self — kesadaran tentang identitas diri — yang mulai berkembang sejak dini. Montessori menghargai keunikan dan peran alami setiap anak, termasuk sebagai laki-laki atau perempuan — mirip sekali dengan konsep fitrah dalam Islam. Apa yang Bisa Kita Lakukan di Rumah? Berikut beberapa langkah sederhana untuk mendampingi fitrah seksualitas anak sejak usia dini: Tegaskan Identitasnya Sejak DiniPanggil dengan sebutan positif: “Anak laki-laki Ayah yang kuat,” atau “Putri Ibu yang lembut dan cerdas.” Ini memperkuat rasa bangga akan identitas gendernya Kenalkan Peran Sesuai Gender secara PositifAnak perempuan bisa diajak bermain masak-masakan, tapi juga boleh memalu paku. Anak laki-laki bisa diajak mencuci piring, tapi juga boleh diajak bermain bola. Kuncinya: menghargai dan menyeimbangkan peran, bukan membatasi Ajarkan Adab Tubuh dan Batasan AuratSejak usia 3–6 tahun, anak sudah bisa diajarkan: Bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh dilihat/disentuh orang lain. Kalimat “Tolong jangan sentuh tubuhku” sebagai bentuk perlindungan diri. Kenalkan Konsep Malu dan PrivasiContoh sederhana: mengetuk pintu sebelum masuk kamar, tidak membuka baju sembarangan, mandi secara mandiri. Ayah dan Ibu Hadir sebagai Role ModelAnak belajar identitas gender dari caranya melihat ayah sebagai laki-laki dan ibu sebagai perempuan. Maka peran keduanya sangat penting untuk dikenalkan sejak dini — bukan hanya lewat kata, tapi juga teladan nyata. Islam Memandu dengan Sempurna Dalam Islam, laki-laki dan perempuan punya kedudukan yang sama mulia, namun berbeda peran. “Laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya. Perempuan adalah pemelihara rumah tangganya.” (HR. Bukhari & Muslim) Maka tugas kita sebagai orang tua adalah: Menumbuhkan rasa bangga dan syukur pada jenis kelaminnya, Mengajarkan tanggung jawab dan adab yang sesuai, Melindungi dan mengarahkan agar tidak keliru dalam mengenal identitas diri. Intinya, Ayah Bunda… Mendampingi fitrah seksualitas bukan hal tabu.Justru ia adalah bagian penting dari tumbuh kembang anak yang harus dimulai dari rumah — dengan lembut, jelas, dan Islami. Dengan Montessori, anak belajar mengenali dirinya.Dengan Islam, anak belajar memaknai identitasnya sebagai amanah dari Allah. Nantikan Blog Seri 6 Minggu Depan:“Fitrah Individualitas dan Bakat — Beda Itu Bukan Salah, Tapi Kekuatan!” Mari terus bertumbuh bersama. Sampai jumpa di blog berikutnya, Ayah Bunda! Salam hangat,Tim Al-Fath MontessoriKota Banjar, Jawa Barat
Blog Seri 4: Fitrah Belajar — Anak Suka Belajar, Asal Tidak Dipaksa!
Assalamu’alaikum Ayah Bunda!Apa kabarnya hari ini? Semoga selalu dalam limpahan rahmat dan semangat membersamai anak-anak. Setelah sebelumnya kita berbicara soal fitrah keimanan, kini kita masuk ke fitrah lain yang tidak kalah penting: fitrah belajar. Belajar Itu Naluriah Kita sering dengar orang bilang, “Anak itu pemalas, gak mau belajar.”Tapi… benarkah begitu? Coba kita amati anak usia 1-6 tahun. Mereka penuh rasa ingin tahu, senang eksplorasi, cerewet bertanya ini-itu, dan suka sekali mencoba hal baru. Dari sini kita tahu: Belajar adalah naluri.Anak-anak suka belajar… asal tidak dipaksa. Yang membuat mereka menolak belajar biasanya bukan karena mereka malas, tapi karena: Terlalu diburu target dan tes, Materinya tidak sesuai minat, Lingkungannya tidak mendukung ritme dan gaya belajar mereka. Montessori Menjawab Tantangan Ini Dalam pendekatan Montessori, belajar itu bukan soal “disuruh hafal” atau “disuruh duduk diam”. Montessori percaya bahwa: “Anak belajar dengan tangan mereka, bukan hanya dengan kepala mereka.” Mereka belajar lewat aktivitas konkret, manipulatif, eksploratif, dan mandiri.Dan di masa usia (0–6 tahun), ini adalah cara paling alami dan efektif untuk belajar. Bagaimana di Rumah? Berikut beberapa cara menumbuhkan fitrah belajar di rumah: Pancing Rasa Ingin Tahu, Bukan Dikasih Jawaban InstanSaat anak tanya, “Kenapa air bisa jatuh ke bawah?”Jawab: “Wah, menarik ya. Yuk kita cari tahu!”Libatkan anak dalam pencarian ilmu, bukan hanya memberi informasi. Gunakan Benda Nyata dan Aktivitas KonkretBelajar menghitung menggunakan kacang, belajar sains pakai air, cuka, dan soda kue. Anak akan senang dan lebih paham karena langsung terlibat. Berikan Waktu dan Kebebasan Pilih AktivitasAnak belajar lebih dalam saat ia sendiri yang memilih dan fokus sesuai ritmenya.Montessori menyebutnya sebagai “kebebasan dalam batasan”. Beri Apresiasi Proses, Bukan Hanya Hasil“Wah, kamu serius sekali mengamati semut. Ibu suka melihat kamu tekun seperti tadi.” Anak pun merasa belajar itu menyenangkan, bukan beban. Jaga Suasana Emosional yang AmanAnak belajar paling baik ketika ia merasa diterima, dicintai, dan tidak dihakimi. Islam dan Fitrah Belajar Dalam Islam, kita diajarkan untuk terus belajar seumur hidup. Nabi Muhammad ﷺ pun menerima wahyu pertama dengan perintah: “Iqra!” — Bacalah! Artinya, belajar adalah perintah langsung dari Allah. Dan sebagai orang tua, tugas kita adalah menumbuhkan cinta belajar, bukan hanya menyuruh “belajar”. Intinya, Ayah Bunda… Anak-anak itu senang belajar sejak lahir. Yang mereka butuhkan hanyalah: Lingkungan yang merangsang, Waktu yang cukup, Dan pendampingan yang sabar dan penuh kasih. InsyaAllah, jika fitrah belajarnya tumbuh utuh, anak-anak kita akan menjadi pribadi yang haus ilmu, kritis, kreatif, dan mandiri. Dan semua itu… bisa dimulai dari rumah Nantikan Blog Seri 5 Minggu Depan:“Fitrah Seksualitas: Memupuk Identitas Sejak Dini”Seri yang sangat penting dalam membentuk kepribadian dan akhlak anak sejak usia dini. Sampai jumpa, Ayah Bunda!Semoga selalu diberi kekuatan dalam menemani tumbuh kembang anak-anak kita Salam hangat,Tim Al-Fath MontessoriKota Banjar, Jawa Barat
Blog Seri 3: Menumbuhkan Fitrah Keimanan Anak Sejak Dini
Assalamu’alaikum Ayah Bunda! Kembali lagi di seri blog Sekolah Fitrah Montessori Setelah kita mengenal 8 fitrah anak sebelumnya, sekarang kita akan membahas salah satu yang paling penting: fitrah keimanan. Mungkin kita sering berpikir bahwa bicara soal keimanan itu berat, baru cocok untuk anak usia SD atau remaja. Padahal… justru sejak dini lah fitrah tauhid bisa tumbuh dengan indah—kalau kita rawat dari awal. Fitrah Keimanan Itu Apa Sih? Dalam Islam, setiap anak terlahir membawa potensi mengenal Allah. Mereka memang belum tahu istilah “tauhid rububiyah” atau “asmaul husna” secara teori, tapi mereka punya rasa kagum, rasa percaya, dan rasa terhubung kepada sesuatu yang lebih besar. Contohnya: “Ayah, Allah itu bisa lihat kita dari langit?” “Kalau aku sedih, Allah bisa dengar aku?” “Kenapa ada pelangi? Allah yang lukis, ya?” MasyaAllah… ini bukan sekadar pertanyaan polos. Ini adalah fitrah keimanan yang sedang tumbuh. Bagaimana Montessori Melihat Ini? Maria Montessori menyebut ini sebagai “spiritual embryo” — bagian dari perkembangan batin anak yang halus, tenang, dan penuh rasa hormat terhadap kehidupan. Dalam Montessori, anak diberi ruang untuk merenung, mengamati alam, dan merasakan keajaiban dunia.Bukankah ini sangat Islami? Cara Menumbuhkan Fitrah Keimanan di Rumah Berikut beberapa cara sederhana namun penuh makna: Gunakan Bahasa Sederhana tentang Allah“Allah itu sayang banget sama kamu.”“Ayo kita bersyukur ke Allah karena hari ini cerah.”Dengan kalimat ringan seperti ini, anak-anak merasa dekat dan aman bersama Allah. Tumbuhkan Kagum Lewat AlamAjak anak memandangi langit, mendengar suara hujan, atau mengamati semut berjalan.Lalu tanyakan: “Hebat ya ciptaan Allah?” Cerita Nabi dan Kisah-kisah InspiratifGunakan buku cerita bergambar atau dongeng sebelum tidur. Cerita tentang Nabi Ibrahim yang mencari Tuhan, atau Nabi Yunus di perut ikan bisa jadi bahan renungan ringan yang menyentuh hati kecil mereka. Doa Harian yang Dihafal BersamaMulai dari doa bangun tidur, makan, masuk-keluar rumah. Tapi jangan sekadar hafal, ya. Sampaikan maknanya. Misalnya:“Doa ini supaya Allah jaga kita selama tidur.”“Doa ini tanda terima kasih ke Allah.” Contoh dari Orang TuaAnak-anak belajar iman bukan dari ceramah, tapi dari contoh.Lihat orang tuanya sholat dengan khusyuk, bersyukur saat dapat rezeki, minta maaf saat salah—semua itu lebih dalam dari sekadar kata-kata. Ingat, Ayah Bunda… Fitrah keimanan bukan dibentuk, tapi ditumbuhkan.Seperti benih, ia butuh waktu, cahaya kasih sayang, dan siraman hikmah. Kadang tak langsung nampak hasilnya… tapi suatu hari, saat anak menghadapi ujian hidup, ia akan bertanya: “Kalau gini, aku harus kembali ke Allah ya?” Dan saat itu, kita tahu: benih yang kita tanam sedang tumbuh menjadi akar yang kuat. Nantikan Blog Seri 4 Minggu Depan:“Fitrah Belajar: Anak Suka Belajar, Asal Gak Dipaksa!” Sampai jumpa di tulisan berikutnya ya, Ayah Bunda!Semoga tulisan ini menenangkan hati dan memberi semangat baru dalam membersamai anak-anak kita. Salam penuh cinta,Tim Al-Fath MontessoriKota Banjar, Jawa Barat
Blog Seri 2: Yuk Kenali 8 Fitrah Anak dan Cara Menumbuhkannya di Rumah
Assalamu’alaikum Ayah Bunda! Di blog sebelumnya kita sudah mengetahui ternyata pendekatan Montessori sejalan banget dengan konsep fitrah dalam Islam. Nah, sekarang kita mau bahas lebih dalam mengenai: Fitrah anak itu sebenarnya apa saja? Dan bagaimana caranya kita sebagai orang tua bisa menumbuhkannya di rumah dengan cara yang menyenangkan? Karena kenyataannya, fitrah itu bukan sekadar “bakat” atau “minat”, tapi sesuatu yang Allah sudah tanamkan sejak anak lahir. Tugas kita bukan mengubah-ubah, tapi merawat dan menjaga supaya bisa tumbuh sempurna. 8 Fitrah Dasar Anak Menurut Islam Berikut ini adalah delapan fitrah dasar yang insyaAllah dimiliki setiap anak: Fitrah KeimananAnak punya potensi mengenal dan mencintai Allah sejak kecil. Sering sekali mereka bertanya, misal: “Allah itu di mana?”, “Kok kita bisa hidup?”➜ Tugas kita? Menjawab dengan lembut dan sesuai usia. Tidak perlu khawatir tidak memiliki jawaban sempurna. Cukup jujur dan penuh cinta. Fitrah Belajar (Intelektual)Anak itu sejatinya senang sekali belajar! Tapi bukan belajar yang dipaksa. Mereka menyukai eksplorasi, coba ini-itu, bertanya terus.➜ Ciptakan lingkungan yang kaya pengalaman dan aman untuk mencoba. Fitrah BahasaAnak memiliki potensi berbahasa, menyerap kosa kata, dan belajar berkomunikasi sejak dini.➜ Ajak ngobrol, bacakan buku, dengarkan cerita mereka. Jangan menganggap remeh ocehan kecil mereka! Fitrah Individualitas (Bakat & Keunikan Diri)Setiap anak unik! Ada yang suka menggambar, ada yang senang bantu masak, ada yang cerewet luar biasa.➜ Tugas kita: Amati, hargai, dan beri ruang. Jangan buru-buru menilai atau membandingkan. Fitrah JasmaniTubuh anak adalah amanah. Mereka butuh bergerak, loncat, panjat, lari, istirahat yang cukup, dan makanan sehat.➜ Jangan larang anak lari-lari terus ya, asal aman dan ada aturannya. Fitrah SosialAnak ingin berinteraksi, berteman, dan punya rasa empati. Bahkan anak kecil pun bisa merasa sedih kalau temannya sakit.➜ Libatkan mereka dalam aktivitas sosial, seperti membantu orang tua, main bersama, atau berbagi. Fitrah Seksualitas & GenderAnak laki-laki dan perempuan punya kebutuhan dan perkembangan berbeda.➜ Hormati identitas mereka sejak kecil. Ajarkan batasan aurat dan adab pergaulan secara halus. Fitrah Estetika & Moral (Keindahan & Kebaikan)Anak suka yang indah—gambar, warna, suara. Mereka juga punya sense of right and wrong.➜ Dekatkan anak dengan alam, musik yang menenangkan, dan cerita-cerita penuh hikmah. Bagaimana Cara Menumbuhkannya di Rumah? Kuncinya hanya dua: Sadar dan Hadir. Sadari bahwa anak punya potensi luar biasa yang perlu waktu dan proses. Hadir secara utuh. Kadang cukup dengan duduk di samping mereka, mendengarkan, dan menemani bermain. Tidak perlu buru-buru, Ayah Bunda. Proses ini bukan lomba. Setiap anak tumbuh dalam waktunya masing-masing. Yang penting kita memahami arah tumbuhnya, bukan memaksa sesuai ambisi kita. Penutup Menumbuhkan fitrah anak itu ibarat merawat taman. Kita tidak bisa memaksa semua bunga mekar bersamaan. Tapi dengan cinta, air, dan sinar matahari yang cukup, satu per satu akan merekah pada waktunya. Semoga tulisan ini bisa jadi pengingat lembut bahwa anak-anak kita itu sudah lengkap sejak awal. Kita hanya perlu membersamai mereka dengan penuh cinta dan hikmah. Nantikan Blog Seri 3 Pekan Depan:“Fitrah Keimanan — Menumbuhkan Tauhid Sejak Dini”Kita akan bahas bagaimana anak-anak sebenarnya sudah punya rasa percaya kepada Allah sejak kecil. MasyaAllah! Sampai jumpa, Ayah Bunda!Salam hangat,Tim Al-Fath MontessoriKota Banjar, Jawa Barat
Blog Seri 1 – Ternyata Fitrah Anak dan Montessori itu Sepemikiran
Assalamu’alaikum Ayah Bunda! Pernah tidak kita merasa bingung, “Bagaimana ya mendidik anak sesuai Islam, tapi tetap asyik dan nggak bikin stres?” Atau mungkin pernah bertanya-tanya, “Metode Montessori tuh Islami nggak sih?” Nah, di blog seri ini, kita mau ngobrol santai tentang fitrah anak dalam Islam dan gimana pendekatan Montessori bisa banget jadi jalan untuk menumbuhkannya. Dan kabar baiknya: keduanya ternyata sepemikiran banget! Anak Lahir dalam Keadaan Fitrah Dalam Islam, kita percaya bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Apa sih artinya? Fitrah itu ibarat benih yang Allah tanamkan dalam jiwa setiap anak. Di dalamnya ada keimanan, rasa ingin tahu, cinta pada keindahan, semangat belajar, potensi kepemimpinan, bahkan naluri sosial dan jasmani yang seimbang. Dan… tugas kita sebagai orang tua adalah bukan membentuk, tapi menumbuhkan. Seperti merawat kebun: kita tidak bisa memaksa benih jadi pohon apel kalau memang dia ditakdirkan tumbuh jadi mangga. Yang kita bisa adalah menyiram, memberi cahaya, dan menjaga dari gulma. Lalu di Mana Posisi Montessori? Montessori—yang sering dianggap “barat”—ternyata punya filosofi yang sangat Islami lho! Maria Montessori percaya bahwa setiap anak punya potensi alamiah sejak lahir. Mereka datang ke dunia ini bukan sebagai kertas kosong, tapi sudah membawa “program Ilahi” dalam diri mereka. Mirip banget kan dengan konsep fitrah? Contoh Nyatanya Bagaimana? Misal seperti ini: Anak kita usia 4 tahun suka sekali menata barang, merapikan meja, dan mencuci mainan. ✨ Montessori bilang: Ini fase sensitive period anak terhadap keteraturan dan koordinasi gerak.✨ Islam bilang: Ini bagian dari fitrah jasmani dan kepemimpinan, belajar bertanggung jawab atas hal kecil. Atau… Anak usia 6 tahun mulai banyak tanya soal Allah, kenapa langit biru, kenapa manusia bisa mati. ✨ Montessori mendorong kita untuk menjawab dengan jujur dan sesuai usia, menghormati rasa ingin tahu anak.✨ Islam melihat ini sebagai fitrah keimanan dan nalar yang mulai tumbuh. Kuncinya: Dengarkan dan Dampingi Ayah Bunda, ternyata kita nggak perlu memilih antara “jadi orang tua yang Islami” atau “pakai pendekatan modern”. Kita bisa gabungkan. Kita bisa jadi orang tua yang: Paham fitrah anak, Menghormati perkembangan mereka, Dan tetap setia pada nilai-nilai Islam. InsyaAllah, ini adalah jalan yang membahagiakan—buat anak, dan buat kita juga. Nantikan Blog Seri 2 Minggu Depan: “8 Fitrah Anak: Tanda-Tandanya dan Bagaimana Menyikapinya di Rumah” Sampai jumpa di seri berikutnya, Ayah Bunda!Semoga tulisan ini bisa jadi pelipur lelah sekaligus penyemangat dalam membersamai anak-anak kita yang luar biasa Salam hangat,Tim Al-Fath Montessori Kota Banjar, Jawa Barat