Assalamu’alaikum Ayah Bunda!
Kembali lagi di seri blog Sekolah Fitrah Montessori
Setelah kita mengenal 8 fitrah anak sebelumnya, sekarang kita akan membahas salah satu yang paling penting: fitrah keimanan.
Mungkin kita sering berpikir bahwa bicara soal keimanan itu berat, baru cocok untuk anak usia SD atau remaja. Padahal… justru sejak dini lah fitrah tauhid bisa tumbuh dengan indah—kalau kita rawat dari awal.
Fitrah Keimanan Itu Apa Sih?
Dalam Islam, setiap anak terlahir membawa potensi mengenal Allah. Mereka memang belum tahu istilah “tauhid rububiyah” atau “asmaul husna” secara teori, tapi mereka punya rasa kagum, rasa percaya, dan rasa terhubung kepada sesuatu yang lebih besar.
Contohnya:
- “Ayah, Allah itu bisa lihat kita dari langit?”
- “Kalau aku sedih, Allah bisa dengar aku?”
- “Kenapa ada pelangi? Allah yang lukis, ya?”
MasyaAllah… ini bukan sekadar pertanyaan polos. Ini adalah fitrah keimanan yang sedang tumbuh.
Bagaimana Montessori Melihat Ini?
Maria Montessori menyebut ini sebagai “spiritual embryo” — bagian dari perkembangan batin anak yang halus, tenang, dan penuh rasa hormat terhadap kehidupan.
Dalam Montessori, anak diberi ruang untuk merenung, mengamati alam, dan merasakan keajaiban dunia.
Bukankah ini sangat Islami?
Cara Menumbuhkan Fitrah Keimanan di Rumah
Berikut beberapa cara sederhana namun penuh makna:
- Gunakan Bahasa Sederhana tentang Allah
“Allah itu sayang banget sama kamu.”
“Ayo kita bersyukur ke Allah karena hari ini cerah.”
Dengan kalimat ringan seperti ini, anak-anak merasa dekat dan aman bersama Allah. - Tumbuhkan Kagum Lewat Alam
Ajak anak memandangi langit, mendengar suara hujan, atau mengamati semut berjalan.
Lalu tanyakan: “Hebat ya ciptaan Allah?” - Cerita Nabi dan Kisah-kisah Inspiratif
Gunakan buku cerita bergambar atau dongeng sebelum tidur. Cerita tentang Nabi Ibrahim yang mencari Tuhan, atau Nabi Yunus di perut ikan bisa jadi bahan renungan ringan yang menyentuh hati kecil mereka. - Doa Harian yang Dihafal Bersama
Mulai dari doa bangun tidur, makan, masuk-keluar rumah. Tapi jangan sekadar hafal, ya. Sampaikan maknanya. Misalnya:
“Doa ini supaya Allah jaga kita selama tidur.”
“Doa ini tanda terima kasih ke Allah.” - Contoh dari Orang Tua
Anak-anak belajar iman bukan dari ceramah, tapi dari contoh.
Lihat orang tuanya sholat dengan khusyuk, bersyukur saat dapat rezeki, minta maaf saat salah—semua itu lebih dalam dari sekadar kata-kata.
Ingat, Ayah Bunda…
Fitrah keimanan bukan dibentuk, tapi ditumbuhkan.
Seperti benih, ia butuh waktu, cahaya kasih sayang, dan siraman hikmah. Kadang tak langsung nampak hasilnya… tapi suatu hari, saat anak menghadapi ujian hidup, ia akan bertanya:
“Kalau gini, aku harus kembali ke Allah ya?”
Dan saat itu, kita tahu: benih yang kita tanam sedang tumbuh menjadi akar yang kuat.
Nantikan Blog Seri 4 Minggu Depan:
“Fitrah Belajar: Anak Suka Belajar, Asal Gak Dipaksa!”
Sampai jumpa di tulisan berikutnya ya, Ayah Bunda!
Semoga tulisan ini menenangkan hati dan memberi semangat baru dalam membersamai anak-anak kita.
Salam penuh cinta,
Tim Al-Fath Montessori
Kota Banjar, Jawa Barat