Assalamu’alaikum Ayah Bunda!
Sering kali, topik seksualitas terasa tabu dibicarakan, apalagi kalau menyangkut anak usia dini. Tapi tahukah Ayah Bunda, bahwa fitrah seksualitas adalah salah satu potensi dasar yang justru wajib ditumbuhkan dan diarahkan sejak dini?
Yuk, kita bahas sama-sama dalam seri kelima ini: tentang bagaimana Islam dan Montessori sejalan dalam mendampingi tumbuhnya identitas anak sebagai laki-laki atau perempuan — dengan tenang, ilmiah, dan penuh kasih.
Seksualitas? Sejak Kapan?
Banyak orang berpikir bahwa seksualitas baru muncul di usia remaja. Padahal, Islam dan sains perkembangan anak justru menunjukkan bahwa fitrah seksualitas mulai tumbuh sejak anak lahir.
Bukan dalam arti yang vulgar atau berkonotasi negatif. Tapi dalam arti:
- Anak mulai menyadari jenis kelaminnya,
- Meniru peran ayah atau ibu,
- Merasa bangga sebagai laki-laki atau perempuan.
Ini semua adalah proses alamiah yang perlu dikenalkan, diteguhkan, dan diarahkan dengan lembut.
Montessori Mendukung Penuh
Montessori mengajarkan bahwa:
Anak memiliki sense of self — kesadaran tentang identitas diri — yang mulai berkembang sejak dini.
Montessori menghargai keunikan dan peran alami setiap anak, termasuk sebagai laki-laki atau perempuan — mirip sekali dengan konsep fitrah dalam Islam.
Apa yang Bisa Kita Lakukan di Rumah?
Berikut beberapa langkah sederhana untuk mendampingi fitrah seksualitas anak sejak usia dini:
- Tegaskan Identitasnya Sejak Dini
Panggil dengan sebutan positif: “Anak laki-laki Ayah yang kuat,” atau “Putri Ibu yang lembut dan cerdas.” Ini memperkuat rasa bangga akan identitas gendernya - Kenalkan Peran Sesuai Gender secara Positif
Anak perempuan bisa diajak bermain masak-masakan, tapi juga boleh memalu paku. Anak laki-laki bisa diajak mencuci piring, tapi juga boleh diajak bermain bola. Kuncinya: menghargai dan menyeimbangkan peran, bukan membatasi - Ajarkan Adab Tubuh dan Batasan Aurat
Sejak usia 3–6 tahun, anak sudah bisa diajarkan:- Bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh dilihat/disentuh orang lain.
- Kalimat “Tolong jangan sentuh tubuhku” sebagai bentuk perlindungan diri.
- Kenalkan Konsep Malu dan Privasi
Contoh sederhana: mengetuk pintu sebelum masuk kamar, tidak membuka baju sembarangan, mandi secara mandiri. - Ayah dan Ibu Hadir sebagai Role Model
Anak belajar identitas gender dari caranya melihat ayah sebagai laki-laki dan ibu sebagai perempuan. Maka peran keduanya sangat penting untuk dikenalkan sejak dini — bukan hanya lewat kata, tapi juga teladan nyata.
Islam Memandu dengan Sempurna
Dalam Islam, laki-laki dan perempuan punya kedudukan yang sama mulia, namun berbeda peran.
“Laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya. Perempuan adalah pemelihara rumah tangganya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Maka tugas kita sebagai orang tua adalah:
- Menumbuhkan rasa bangga dan syukur pada jenis kelaminnya,
- Mengajarkan tanggung jawab dan adab yang sesuai,
- Melindungi dan mengarahkan agar tidak keliru dalam mengenal identitas diri.
Intinya, Ayah Bunda…
Mendampingi fitrah seksualitas bukan hal tabu.
Justru ia adalah bagian penting dari tumbuh kembang anak yang harus dimulai dari rumah — dengan lembut, jelas, dan Islami.
Dengan Montessori, anak belajar mengenali dirinya.
Dengan Islam, anak belajar memaknai identitasnya sebagai amanah dari Allah.
Nantikan Blog Seri 6 Minggu Depan:
“Fitrah Individualitas dan Bakat — Beda Itu Bukan Salah, Tapi Kekuatan!”
Mari terus bertumbuh bersama. Sampai jumpa di blog berikutnya, Ayah Bunda!
Salam hangat,
Tim Al-Fath Montessori
Kota Banjar, Jawa Barat